Saturday, May 1, 2010

TUGAS STATISTIKA TERAPAN


SKALA PENGUKURAN


Nama : Christiwi Yulihandani

No Reg : 08-800-0099

Jurusan/kelas : PGSD S1/ 2008 C

Ada empat tipe skala pengukuran dalam penelitian, yaitu nominal, ordinal, interval, dan ratio.

  1. Nominal

Skala pengukuran nominal untuk mengklasifikasikan obyek, individual atau kelompok, sebagai contoh mengklasifikasikan jenis kelamin, agama, pekerjaan, dan area geografis. Dalam mengidentifikasi hal-hal diatas digunakan angka-angka sebagai symbol. Apabila kita menggunakan skala pengukuran nominal, maka statistic non-parametrik digunakan untuk menganalisis datanya. Hasil analisa dipresentasikan dalam bentuk persentase. Skala nominal merupakan skala yang paling lemah/rendah di antara skala pengukuran yang ada Skala nominal hanya bisa membedakan sesuatu yang bersifat kualitatif, hanya untuk membedakan antar kelompok maupun individu berdasarkan nama (predikat), misalnya: jenis kelamin, agama, warna kulit, pekerjaan dan area geografis. Pemberian angka atau symbol pada skala nominal tidak memiliki maksud kuantitatif hanya menunjukan ada atau tidak adanya atribut atau karakteristikpada obyek yang diukur. Misalnya jenis kelamin diberi kode 1 untuk laki-laki dank ode 2 untuk perempuan. Angka ini hanya berfungsi sebagai label. Skala nominal adalah skala mengklompokkan obyek atau peristiwa dalam berbentuk kategori. Skala nominal diperoleh dari pengukuran nominal yaitu suatu proses mengklasifikasikan obyek-obyek yang berbeda kedalam kategori-kategori berdasarkan beberapa karakteristik tertentu, yaitu kategoridata bersifat mutually eksklusif (setiap obyek hanya memiliki satu kategori) dan kategori data tidak disusun secara logis. Pengukuran dengan skala nominal merupakan tingkat mengatagorikan, memberi nama dan menghitung fakta-fakta dari obyek yang diteliti. Skala nominal akan menghasilkan data yang disebut data nominal atau data diskrit, yaitu data yang diperoleh dari mengkaegorikan , memberi nama dan menghitung fakta-fakta dari obyek yang diobservasi. Sifat skala nominal dimana pada skala ini kita tidak bisa melakukan observasi aritmatika (penjumlahan, pengurangan) karena skala nominal hanya mempersentasikan sebuah karakteristik.

Contoh :

Kita mengklasifikasikan variable jenis kelamin menjadi sebagai berikut : laki-laki kita beri symbol angka 1 dan wanita angka 2. Kita tidak dapat melakukan operasi arimatika dengan angka-angka tersebut, karena angka-angka tersebut hanya menunjukkan keberadaan atau ketidakadanya karakteristik tertentu. Jawaban pertanyaan berupa 2 pilihan “ya” atau “tidak” yang bersifat kategorikal dapat diberi symbol angka-angka sebagai berikut: jawaban “ya” diberikan angka 1 dan “tidak” diberi angka 2.

Misalnya lagi untuk agama, kita bisa mengkode 1=islam, 2=Kristen, 3=hindu, 4=budha, dst. Kita bisa menukar angka-angka tersebut, selama suatu karakteristik memiliki angka yang berbeda dengan karakteristik lainnya.

  1. Ordinal

Skala pengukuran ordinal memberikan informasi tentang jumlah relative berbeda yang dimiliki oleh obyek atau individu tertentu. Tingkat pengukuran ini mempunyai informasi skala nominal ditambah dengan sarana peringkat relative tertentu yang memberikan informasi apakah suatu obyek memiliki karakteristik yang lebih atau kurang tetapi bukan berapa banyak kekurangan dan kelebihannya.

Contoh:

Jawaban pertanyaan berupa peringkat misalnya: sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju dan sangat setuju dapat diberi symbol angka 1,2,3,4 dan 5. Angka-angka ini hanya merupakan symbol peringkat tidak mengekpresikan jumlah.

Skala oridinal selain membedakan juga menunjukan tingkatan (misalnya: pendidikan, tingkat kepuasan). Skala oridinal ini lebih tinggi darip[ada skala nominal, dan sering disebut dengan skala peringkat. Hal ini karena skala oridinal, lambing-lambang bilangan hasil pengukuran selain menunjukkan pembedaan juga menunjukkan urutan atau tinkatan obyek yang diukur menurut karakteristik tertentu.

Contoh:

Misalnya tingkat kepuasan seseorang terhadap produk. Bisa kita beri angka dengan 5=sangat puas, 4=puas, 3=kurang puas, 2=tidak puas dan 1=sangat tidak puas. Atau misalnya dalam suatu lomba, pemenangnya diberi peringkat 1,2,3 dstnya. Dalam skala ordinal, tidak seprti skala nominal,ketika kita ingin mengganti angka-angkanya, harus dilakuakan secara berurut dari besar ke kecil atau dari kecil ke besar. jadi tidak boleh buat 1=sangat puas, 2=tidak puas, 3=puas, dstnya. Yang boleh adalah 1=sangat puas, 2=puas, 3=kurang puas., dstnya.

Selain itu, yang perlu diperhatikan dari karakteristik skala oridinal adalah meskipun nilainya sudah memiliki batas yang jelas tetapi belum memiliki jarak (selisih). Sebagaimana halnya pada skala nominal, pada skala ordinal kita juga tidak dapat menerapkan operasi matematika standart (aritmatik) seperti pengurangan, penjumlahan, perkalian dan lainnya.

Skala ordinal adalah skala yang menunjukkan perbedaan tingkatan subjek secara kuantitatif. Skala ordinal memiliki karakteristik, yaitu kategori data bersifat mutually eksklusif (setiap obyek hanya memiliki satu kategori dan kategori data tidak disusun secara logis., kategori data disusun berdasarkan urutan logis dan sesuai dengan besarnya karakteristik yang dimiliki. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa data ordinal disamping memiliki sifat yang dimiliki data nominal juga menunjukkan kedudukan (tingkatan) subjek dalam suatu kelompok pada suatu variable.

Skala (ukuran) ordinal adalah skala yang merupakan tingkat ukuran kedua, yang berjenjang sesuatu yang terjadi ‘lebih’ atau ‘kurang’ dari yang lainnya. Ukuran ini digunakan untuk mengurutkan objek dari yang terendah hingga tertinggi dan sebaliknya yang berarti peneliti sudah melakukan pengukuran terhadap variable yand diteliti. Contoh : mengukur kejuaraan olah raga, prestasi kerja, senioritas pegawai, tingkat kependidikan dan skala perusahaan.

Contoh :

Skala ordinal ini bersifat peringkat, karakteristik suatu obyek bisa kita klasifikasikan berdasarkan lebih atau kurang. Agar lebih jelasnya bisa saya kasih contoh berikut, misalnya anda di tanya, apakah anda setuju tentang perda merokok ?

Jawaban a (sangat tidak setuju)

Jawaban b (tidak setuju)

Jawaban c ( ragu-ragu)

Jawaban d (setuju)

Jawaban e ( setuju sekali)

Dari jawaban diatas jika kita menggunakan skala ordinal maka (sangat tidak setuju) diberi nilai 1, (tidak stuju) diberi nilai 2, (ragu-ragu) diberi nilai 3, (setuju) diberi nilai 4, (setuju sekali) diberi nilai 5.

  1. Interval

Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh skala nominal dan ordinal dengan ditambah karakteristik lainnya, yaitu berupa adanya interval yang tetap. Dengan demikian peneliti dapat melihat besarnya perbedaan karakteristik antara satu individu atau obyek dengan lainnya. Skala pengukuran interval benar-benar merupakan angka. Angka-angka yang digunakan dapat dipergunakan dapat dilakukan operasi aritmatika, misalnya dijumlahkan atau dikalikan. Untuk melakukan analisa, Skala pengukuran ini menggunakan statistic parametric.

Contoh :

Jawaban pertanyaan menyangkut frekuensi dalam pertanyaan, misalnya : berapa kali anda melakukan kunjungan ke Jakarta dalam satu bulan ? jawaban : 1 kali, 3 kali, dan 5 kali. Maka angka-angka 1,3 dan 5 merupakan angka sebenarnya dengan menggunakan interval 2.

Skala interval berupa angka kuantitatif namun tidak memiliki nilai nol mutlak (misalnya: tahun, suhu dalam celcius). Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh skala nominal dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain, yaitu berupa adanya interval yang tetap. Dengan demikian skala interval sudah memiliki nilai intrinsic, sudah memiliki jarak, tetapi jaraktersebut belum merupakan kelipatan. Pengertian “ jarak belum merupakan kelipatan “ ini kadang-kadang diartikan bahwa skala interval tidak memiliki nilai nol mutlak. Nol mutlak artinya tidak dianggap ada.

Contoh :

Misalnya pada pengukuran suhu. Kalau ada tiga daerah dengan suhu daerah A = 10oC, daerah B = 15oC dan daerah C=20oC. Kita bisa mengatakan bahwa selisih suhu daerah B, 5oC lebih panas dibandingkan daerah A, dan selisih suhu daerah C dengan daerah B adalah 5oC. (Ini menunjukkan pengukuran interval sudah memiliki jarak yang tetap). Tetapi, kita tidak bisa mengatakan bahwa suhu daerah C dua kali lebih panas dibandingkan daerah A (artinya tidak bisa jadi kelipatan). Kenapa ? Karena dengan pengukuran yang lain, misalnya dengan Fahrenheit, di daerah A suhunya adalah 50oF, di daerah B = 59oF dan daerah C=68oF. Artinya, dengan pengukuran Fahrenheit, daerah C tidak dua kali lebih panas dibandingkan daerah A, dan ini terjadi karena dalam derajat Fahrenheit titik nolnya pada 32, sedangkan dalam derajat Celcius titik nolnya pada 0. (Bagi yang menginginkan cara mengkonversi Celcius ke Fahrenheit atau sebaliknya, lihat tulisan mengenai Konversi Sistem-istem Pengukuran dengan Excel).Contoh lainnya, misalnya dua orang murid, si A mendapat nilai 70 sedangkan si B mendapat nilai 35. Kita tidak bisa mengatakan si A dua kali lebih pintar dibandingkan si B. (Kenapa ?)

Skala interval ini sudah benar-benar angka dan, kita sudah dapat menerapkan semua operasi matematika serta peralatan statistik kecuali yang berdasarkan pada rasio seperti koefisien variasi.

Contoh :

Misalnya, jarak pada temperature tertentu. Jarak antara 250F dengan 500F sama dengan jarak 750F dengan 1000F. akan tetapi, skala suhu ini tidak memiliki titik nol mutlak sehingga kita tidak bisa melakukan operasi perkalian dan pembagian. Untuk itu maka ada satu lagi skala yaitu skala rasio.

Skala interval merupakan tingkat pengukuran ke tiga, dimana pemberian angka pada set objek yang memilih sifat ordinal, ditambah dengan satu sifat yang lain, yakni memberikan nilai absolute pada data/ objek yang akan diukur. Ukuran rasio ini mempunyai nilai nol (0) absolute (tidak ada nilainya).

Contoh : Angka 0 (nol) untuk thermometer memiliki makna yang sangat berpengaruh dan bukan berarti dapat diabaikan.

Interval selain memiliki sifat data ordinal, juga memiliki sifat interval antar observasi dinyatakan dalam unit pengukuran yang tetap. Contoh: temperatur.

  1. Rasio

Skala pengukuran ratio mempunyai semua karakteristik yang dipunyai oleh skala nominal, ordinal dan interval dengan kelebihan skala ini mempunyai nilai 0 (nol) empiris absolut. Nilai absoult nol tersebut terjadi pada saat ketidakhadirannya suatu karakteristik yang sedang diukur. Pengukuran ratio biasanya dalam bentuk perbandingan antara satu individu atau obyek tertentu dengan lainnya.

Contoh:

Berat Sari 35 Kg sedang berat Maya 70 Kg. Maka berat Sari dibanding dengan berat Maya sama dengan 1 dibanding 2.

Skala rasio berupa angka kuantitatif yang memiliki nilai nol mutlak.

Skala rasio adalah skala data dengan kualitas paling tinggi. Pada skala rasio, terdapat semua karakteristik skala nominal,ordinal dan skala interval ditambah dengan sifat adanya nilai nol yang bersifat mutlak. Nilai nol mutlak ini artinya adalah nilai dasar yang tidak bisa diubah meskipun menggunakan skala yang lain. Oleh karenanya, pada skala ratio, pengukuran sudah mempunyai nilai perbandingan/rasio. Rasio selain memiliki sifat data interval, skala rasio memiliki angka 0 (nol) dan perbandingan antara dua nilai mempunyai arti. Contoh : tinggi badan, berat badan, dan waktu.

Contoh :

Pengukuran-pengukuran dalam skala rasio yang sering digunakan adalah pengukuran tinggi dan berat. Misalnya berat benda A adalah 30 kg, sedangkan benda B adalah 60 kg. Maka dapat dikatakan bahwa benda B dua kali lebih berat dibandingkan benda A.

Skala rasio adalah data yang bersekala rasio hampir sma dengan data interval, yakni keduanya memiliki ketiga sifat di atas (menunjukan klasifikasi dan kedudukan subjek dalam suatu kelompok, serta sifat persamaan jarak). Data rasio berbeda dari data interval karena pertama data rasio memiliki nilai mutlak nol. Skala pengukuran yang memiliki nol mutlak sehingga dapat dilakukan operasi perkalian dan pembagian. Misalnya berat badan, tinggi badan, pendapatan dan lain sebagainya. untuk melakukan pengujian hipotesis, maka data yang kita miliki minimal berskala interval. jika data berskala nominal atau ordinal, data tersebut harus ditransfer dulu ke skala.

Contoh :

Perbandingan (rasio) antara skor-skor yang berskala rasio, 20 kg adalah 2 kali 10 kg, 15 m = 3 m x 5 m dan sebagainya.

Skala rasio Merupakan tingkat pengukuran tertinggi, dimana ukuran ini mencakup semua persyaratan pada ketiga jenis ukuran sebelumnya, ditambah dengan satu sifat yang lain, yakni ukuran ini memberikan nilai absolute pada data/objek yang akan diukur. Ukuran rasio ini mempunyai nilai nol (0).

Contoh : penghasilan pegawai 0 (berarti pegawai itu tidak menerima uang sedikitpun).

Referensi :

1.http://www.google.co.id/#q=contoh- contoh+skala+pengukuran&hl=id&sa=2&fp=a05003197864f75b

2.http://bahankuliah.wordpress.com/2009/05/14/skala-pengukuran/

3.http://id.wikipedia.org/wiki/Statistika

4.http://junaidichaniago.wordpress.com/2008/07/01/memahami-skala-skala-pengukuran/

5.http://www.stargis.geo.ugm.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=9%3Askala-pengukuran&catid=20%3Amater-kuliah&Itemid=33&limitstart=1

6.http://ta-tugasakhir.blogspot.com/2007/10/skala-pengukuran.html

7.http://apadefinisinya.blogspot.com/2008/09/skala-data-atau-skala-pengukuran.html

8.http://lintasilmu.com/?set=viewArtikel&id=86

No comments:

Post a Comment